Minggu, 03 Agustus 2025

"Kenapa

"Kenapa Harus Dilahirkan?"

Kenapa aku harus dilahirkan
di dunia yang menertawakan luka,
di antara manusia yang menilai dari rupa,
dan lidahnya tajam menoreh tanpa jeda?

Sejak kecil, aku tak dipeluk hangat
hanya cemooh yang jadi sahabat
"bodoh", "jelek", "tak pantas hidup"
kata-kata itu jadi lagu tidurku yang hidup.

Setiap langkah adalah beban,
setiap senyum penuh kepalsuan
aku belajar tertawa saat hati remuk
belajar diam meski jiwa menjerit tanpa peluk.

Di sekolah aku bukan murid,
aku sasaran—candaan yang menyakit
tembok ruang kelas jadi saksi
air mata yang kutahan, agar tak mereka nikmati.

Kenapa aku harus dilahirkan
jika dunia tak pernah ingin menerima?
Jika keberadaanku hanya bahan tertawa
dan hidupku dianggap salah dari awal mula?

Tuhan, jika ini ujian, terlalu berat rasanya
aku tak punya siapa-siapa
orang rumah pun kadang ikut menyayat
dengan kalimat yang lebih menyakitkan dari kiamat.

Aku ingin pergi, tapi masih bertahan
karena di sudut sunyi, masih ada harapan
meski redup, nyaris padam,
aku percaya luka ini bukan akhir, hanya awal jalan.

Tapi tetap saja...
di malam-malam yang tak kunjung pagi,
aku bertanya lirih pada diri sendiri:
"Kenapa aku harus dilahirkan…
jika hanya untuk disakiti?"