Aku yang Tak Bisa Sempurna
Aku berjalan di jalan retak
menyusun harap dari serpih-serpih hati
setiap langkah adalah tanya
mengapa aku tak pernah cukup di mata dunia
Aku belajar tersenyum di tengah luka
membungkus cacat dengan kata-kata indah
tapi di malam sunyi,
air mata mengalir tanpa perlu alasan
Aku bukan bintang yang gemerlap
bukan matahari yang selalu menghangatkan
aku hanyalah rembulan yang purnamanya jarang
kadang redup, kadang hilang di telan mendung
Jika sempurna adalah langit tanpa awan
maka aku adalah langit setelah hujan—
basah, rapuh, namun jujur adanya
tak elok, tapi nyata
Dan biarlah aku tetap begini
karena di setiap retak dan kurangku
ada ruang bagi cinta untuk tinggal
dan Tuhan untuk melengkapi
Aku bukan langit biru
aku adalah mendung yang tersendat hujan
Aku bukan bunga mekar
aku adalah duri yang tetap bertahan
Aku tak indah,
tak lengkap,
tak selalu benar—
tapi di celah-celah cacatku
Tuhan menulis cintanya.
Aku berjalan dalam bayangan
menggendong sunyi yang beratnya tak terhitung
setiap langkah terasa seperti kesalahan baru
Aku menatap cermin
dan melihat seseorang yang asing
terlalu hancur untuk disembuhkan
terlalu lelah untuk bertahan
Mereka ingin aku jadi cahaya
padahal aku bahkan tak tahu
bagaimana caranya menyala
Jika cacat ini adalah dosa
maka aku adalah kitab
yang penuh halaman-halaman salah tulis
namun tak pernah bisa dihapus
Dan jika sempurna tak pernah menjadi milikku
biarlah aku tenggelam
sebagai diriku yang retak
bukan topeng yang mereka cintai.
Aku tak lahir untuk menaklukkan segalanya
tak semua mimpi bisa kugenggam
tak semua luka bisa kuobati
Kadang aku jatuh
bukan karena lemah
tapi karena aku manusia
yang hatinya mudah letih
Aku belajar bahwa
kesempurnaan hanyalah cerita
yang dibisikkan dunia
agar kita lupa mencintai diri sendiri
Maka biarlah aku tetap seperti ini
dengan sisa-sisa kekuatan yang kupunya
karena di setiap kurangku
Tuhan menitipkan alasan untuk bersyukur.