Aku menemukanmu
di antara riuh yang tak pernah selesai,
seperti embun yang jatuh diam-diam
di kelopak hatiku yang retak.
Kau menatapku
tanpa meminta aku menjadi apa pun,
hanya menjadi manusia
yang mau belajar mencinta.
Lalu,
perlahan aku merobohkan ego
yang kukira bentengku,
ternyata hanyalah tembok penghalang
menuju dirimu.
Di hadapanmu,
aku belajar kalah,
bukan karena lemah,
tapi karena menang
tak pernah berarti apa-apa
tanpa kau di sisiku.