Untukmu, Dalam Diam"
Kau tak perlu tahu siapa yang menulis ini.
Dan aku takkan memaksamu menebak.
Tapi izinkan aku bercerita,
tentang rasa yang tumbuh tanpa pernah bersuara.
Aku mengagumimu.
Bukan dalam teriakan,
bukan dalam tatapan tajam yang menuntut balas,
tapi dalam diam,
dalam sunyi yang hanya bisa kutuliskan.
Ada bahagia saat melihatmu dari jauh,
sederhana, tapi nyata.
Seperti pagi yang selalu kembali,
meski tak pernah kumiliki malamnya.
Tapi, jujur, aku juga merindukanmu.
Meski tak pernah benar-benar bersamamu.
Aneh, ya? Merindukan seseorang
yang mungkin tak pernah menyadari keberadaanku.
Sedih? Tentu.
Kadang aku bertanya,
kenapa rasa ini datang tanpa permisi,
lalu tinggal, tanpa pernah bisa kuusir.
Namun, aku tak menyesal.
Karena lewat rasa ini,
aku belajar mencintai tanpa harus memiliki.
Dan lewat puisi ini,
aku bisa jujur — meski tak pernah kau dengar.
Jadi, jika suatu hari
kau membaca bait yang terasa dekat di hatimu,
dan bertanya dalam hati,
"Apakah ini tentangku?"
Tersenyumlah.
Karena jawabannya:
ya.
+++++++++++++++++++++
Sebuah Surat yang Tak Pernah Kukirim"
(Ditulis dalam diam, untukmu yang tak tahu)
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh
Kepada kamu yang di seberang Bengawan.
yang mungkin tak pernah tahu namaku,
tapi selalu berhasil membuat dadaku hangat
hanya dengan satu senyuman kecilmu.
Aku menulis ini, bukan untuk dibaca.
Aku menulis ini, karena lisanku terlalu gugup,
terlalu takut merusak apa yang indah
meski hanya dari kejauhan.
Tahukah kamu?
Ada bahagia setiap kali aku melihatmu,
bahagia yang datang tanpa alasan,
seperti matahari yang terbit tanpa diminta.
Tapi juga ada rindu,
rindu yang tumbuh bahkan tanpa pernah dekat.
Aneh, ya?
Bagaimana aku bisa merindukan
tatapan yang tak pernah ditujukan padaku.
Dan tentu saja,
ada sedih.
Sedih karena aku hanya berani menulismu,
tak pernah benar-benar memilikimu
atau sekadar menyapamu.
Tapi jangan salah.
Aku tidak menyesal.
Karena mencintaimu dalam diam
adalah caraku mencintai dengan tulus.
Lewat surat ini, lewat bait-bait ini,
aku hadir — meski tak terlihat,
aku bicara — meski tak terdengar.
Jadi, jika suatu hari kau menemukan surat tanpa nama,
dengan kata-kata yang terasa terlalu dekat,
anggap saja itu hadiah kecil
dari seseorang
yang diam-diam
selalu menjagamu dalam doanya.
Salam hangat,
dari aku,
yang mengagumimu
lewat puisi dan diam