(Puisi tentang jatuh cinta di awal perkenalan, kelas 2 SMA)
Hari itu biasa saja…
matahari bersinar seadanya,
angin malas menyapa dedaunan,
tapi ada yang berbeda
saat kau duduk tak jauh dariku
di ruang kelas dua yang tak pernah kurindukan—
sebelum kehadiranmu.
Namamu baru sekali kudengar,
tapi entah kenapa
seolah telah lama kurindu.
Seperti lagu lama
yang tiba-tiba kembali,
dan membuat dada berdetak tanpa irama pasti.
Kau menunduk saat bicara,
tapi mata itu…
membawa tenang yang tak bisa dijelaskan
oleh rumus atau paragraf di papan tulis.
Hijabmu tak hanya menutup rambutmu,
tapi seolah menjaga cahaya
yang pelan-pelan menyilaukan hatiku
yang selama ini gelap dan sunyi.
Kita belum banyak bicara,
hanya senyum sapa
tapi dalam hati,
aku sudah mencatat setiap gerakmu
sebagai sesuatu yang tak boleh kulupa.
Dan sejak hari itu,
aku mulai menunggu pagi
dengan alasan yang tak masuk akal:
ingin melihatmu datang lebih dulu
mengisi bangku
yang tiba-tiba jadi tempat paling indah di dunia.
Aku mulai peduli pada kemeja yang kupakai,
dan mencoba menulis puisi tanpa nama,
yang diam-diam kutujukan
untukmu
yang hadir seperti pertanyaan—
yang tak ingin segera kutemukan jawabannya.
÷÷÷÷÷÷π××××××××√×××××××××
Saat Aku Pertama Kali Mengenalmu
(Romansa yang tumbuh di kelas dua SMA)
Hari itu kau datang,
seperti embun yang menetap di pagi yang malu-malu.
Langkahmu pelan,
tapi cukup untuk membuat waktu berhenti
di antara jantungku yang tiba-tiba berdetak tak beraturan.
Aku tak tahu siapa namamu,
tapi senyummu…
membuatku ingin tahu segalanya—
dari mana kamu,
hingga doa-doa yang kau bisikkan
saat langit mulai gelap.
Hijabmu jatuh indah di bahu,
menyelimuti ketenangan
yang tak pernah kudapat dari buku pelajaran.
Kau bukan hanya cantik—
tapi sejuk,
seperti hujan pertama setelah kemarau panjang.
Sejak hari itu,
aku mulai suka duduk lebih awal,
berpura-pura membaca
padahal hanya menanti hadirmu.
Kudengar suaramu saat menjawab guru,
dan entah kenapa,
rasanya seperti mendengar lagu
yang ingin kudengarkan selamanya.
Kau tidak tahu,
tapi aku mencuri pandang setiap ada kesempatan,
menyimpan senyummu
sebagai alasan aku bertahan di hari-hari sekolah
yang biasanya terasa hambar.
Rasanya aneh…
bagaimana seseorang yang baru kutahu namanya
bisa membuat segalanya berubah.
Bahkan senin pagi yang biasanya kusumpahi,
mendadak jadi hari yang paling kutunggu.
Dan sejak saat itu,
aku tak lagi percaya cinta harus rumit,
karena padamu,
aku jatuh—
dalam cara yang paling tenang,
dan paling indah.