Mohon maaf kepada pembaca, apabila ada kesamaan nama, tempat, atau peristiwa dengan pembaca, karena cerita ini hanya fiktif
---------------------------------------
Cerpen:
Judul : Salam dari Radio ASRI
Karya : JS pengemis
Joe duduk di bangku paling belakang kelas 3 IPA SMA Muhammadiyah. Ia dikenal sebagai siswa yang tenang, tapi mudah diajak bercanda. Setiap pagi ia datang lebih awal, hanya untuk melihat sosok gadis yang diam-diam mengisi ruang hatinya — WIDA.
WIDA, siswi kelas 3 IPA juga, ia selalu tampil sederhana dengan hijab Nya. Senyumnya menenangkan, suaranya lembut, dan tutur katanya sopan. Joe sering melihat Wida saat di kantin atau saat pulang sekolah. Ia selalu ingin menyapa, tapi keberanian seakan terhisap setiap kali mata mereka hampir bertemu.
---
Raka dan Radio ASRI
Setiap malam Minggu, Joe punya kebiasaan unik: ia mendengarkan Radio ASRI , stasiun radio lokal yang terkenal dengan acara “Salam Musik Malam.” Di acara itu, siapa saja bisa mengirim salam, curhat, atau Kirim puisi cinta.
Joe sudah menjadi pendengar setia. Ia sering menulis puisi di buku catatan kecil, biasanya ia mengirim puisi lewat pos ke radio itu, tp entah mengapa ia mencoba memberanikan diri datang ke WARTEL (Waung telf) lalu ke menelepon radio itu. Suaranya agak bergetar setiap kali si penyiar bertanya,
“Salamnya untuk siapa, Mas?”
Joe selalu menjawab,
“Untuk seorang gadis berhijab di SMA Muhammadiyah kelas 3 IPA. Dia mungkin tak tahu aku siapa, tapi semoga dia mendengar.”
Lalu ia membaca puisi singkat ciptaannya:
“Ada doa di setiap detik langkahmu,
Ada rindu di balik diamku.
Jika kau dengar lagu ini,
Ketahuilah… aku sedang memikirkanmu.”
---
Bisikan Rahasia
Pagi berikutnya, di kantin, Joe mendengar teman-teman Wida bicara sambil tertawa.
“Wida, kemarin kamu denger nggak? Ada salam di radio untuk cewek SMA Muhammadiyah klas 3Ipa, puitis banget, loh!”
Wida tersenyum kecil. “Iya, aku dengar. Romantis banget ya, kira-kira siapa, ya?” katanya sambil memegang gelas es teh.
Joe yang duduk tidak jauh dari mereka hanya menunduk. Ada rasa bahagia karena wida mendengar, tapi ada juga rasa getir. Andai saja aku berani…
---
Pertemuan di Perpustakaan
Suatu hari, tanpa sengaja joe bertemu wida di perpustakaan sekolah. Wida sedang mencari buku pelajaran kimia.
“Hai joe??” sapa Wida dengan ramah.
Joe kaget, wajahnya memerah. “I-iya… Ada yang bisa kubantu?”
“Eh, kamu tau g buku paket kimia yg pak guru tadi pakai, aku g bingung ? Aku lagi pusing nih sama soal ini,” kata wida sambil menunjuk catatannya.
Momen itu seperti hadiah dari langit. Mereka duduk di meja baca, joe menjelaskan pelajaran dengan hati-hati, berusaha menutupi rasa gugupnya.
Saat wida mengucapkan, “Makasih ya, kamu baik banget,” joe merasa jantungnya meledak.
Tapi bahkan setelah momen itu, joe tetap tak berani mengungkapkan isi hatinya. Ia merasa gadis sebaik wida mungkin terlalu indah untuk disandingkan dengan dirinya.
---
Salam Terakhir
Waktu berlalu cepat. Hari kelulusan SMA tiba. Semua siswa sibuk menulis pesan di seragam, dan merayakan kenangan. Joe melihat wida di kejauhan, tertawa bersama teman-temannya. Ada rasa sesak di dada.
Malam itu, joe kembali menelepon Radio ASRI. Suaranya lebih bergetar dari biasanya.
“Ini salam terakhir dari aku… untuk seorang gadis berhijab di SMA Muhammadiyah 3 Klas ipa. Aku nggak pernah berani bicara langsung, tapi lewat radio ini aku ingin bilang: terima kasih sudah menjadi cahaya di masa SMA-ku. Semoga kau bahagia, di mana pun berada.”
Untuk yang siar aku request Lagu “Kisah Tak Sampai”
Dan lagupun mengalun setelah itu. Joe menutup telepon dengan mata berkaca-kaca.
---
Ending
Bertahun-tahun kemudian, Joe duduk di tepi sungai, dia sudah merantau kesana kemari hingga sumatra. Ia tak pernah tahu bagaimana kabar wida. Kadang ia bertanya-tanya, apakah wida pernah sadar bahwa semua salam di radio dulu datang dari dirinya?
Namun, dalam hati joe, cinta itu tetap menjadi cerita paling indah — meski hanya hidup dalam diam, dan tak pernah sampai.
Part berikutnya insyaallah masih
---