Bismillah
Penulis selalu mengingatkan cerita ini hanya fiktif, bila ada kesamaan nama dan kejadian saya mohon maaf
___________
Judul Cerpen: Kasih Tak Sampai
Penulis : JS pengemis
-----_______----
Langit senja di desa kecil itu memerah, seakan ikut merasakan sesak di dada Joe. Ia duduk di bangku taman dekat sekolah lamanya, tempat di mana ia dan Wida dulu sering menghabiskan waktu. Di tangannya ada secarik surat—kertas kusam yang sudah lusuh karena berulang kali diremas. Itu adalah surat cinta yang tak pernah berani ia serahkan.
---
Kenangan Masa SMA
“Joe, ayo cepat! Kamu lama banget kalau jalan!”
Suara riang itu membuat Joe tersenyum tanpa sadar. Ia memandang gadis di depannya, Wida, dengan tatapan yang tak pernah berani ia ungkapkan. Gadis itu, dengan seragam putih abu-abu dan jilbab sederhana, selalu menjadi pusat dunianya.
“Aku nggak lambat. Kamu aja yang jalan kayak dikejar hujan,” balas Joe dengan senyum tipis.
Wida tertawa lepas. “Kamu tuh, kalau ketawa jangan pelit, dong. Rasanya aku ngobrol sama tembok kalau kamu diem terus.”
Joe menghela napas pelan. Dalam hatinya ia selalu ingin berkata: Aku diem karena takut kalau aku bicara, semua perasaan ini bocor. Tapi, seperti biasa, ia memilih diam.
---
Obrolan
Suatu malam di kelas 3, mereka duduk di warung hik kecil dekat pasar. Lampu-lampu temaram dan bau uap wedang jahe yang baru diseduh membuat suasana terasa hangat.
“Joe, menurutmu cinta itu apa?” tanya Wida tiba-tiba, menatap langit malam yang penuh bintang.
Joe terdiam beberapa detik. “Cinta itu… mungkin ketika kita cuma pengen orang yang kita sayang bahagia. Bahkan kalau dia nggak sama kita.”
Wida memiringkan kepalanya, tersenyum samar. “Kamu kayaknya pernah jatuh cinta, ya?”
Joe hanya tersenyum hambar. “Mungkin.”
Kalau kamu tahu, Wid… cinta itu kamu, batinnya.
---
Setelah SMA
Waktu berjalan cepat. Mereka berdua lulus. Wida bekerja di perusahan bonafit sedangkan Joe tinggal di desa kecil, bekerja di sawah. Mereka masih saling mengirim pesan, tapi perlahan percakapan itu semakin jarang.
Hingga suatu sore, sebuah sms masuk di ponsel Joe.
> “Joe, aku mau kasih kabar. Aku dilamar seseorang… dan aku terima.”
Joe membaca pesan itu berulang-ulang, seakan hatinya disayat. Jemarinya gemetar saat membalas:
> “Selamat, Wida. Aku doakan kamu bahagia.”
---
Malam Sebelum Pernikahan
Joe duduk di kamarnya, menulis surat dengan tangan yang bergetar. Dalam surat itu, ia menulis semua rasa yang selama ini ia simpan:
> “Wida, mungkin kamu nggak pernah tahu, tapi aku mencintaimu sejak pertama kali kamu tersenyum padaku. Aku nggak pernah bisa berkata, karena aku takut merusak semua. Sekarang, aku cuma ingin kamu bahagia. Meskipun bukan aku yang di sampingmu.”
Air mata Joe jatuh membasahi kertas. Ia tidak pernah mengirimkan surat itu. Malam itu ia pergi ke taman dekat sekolah, dan meletakkan surat itu di bangku tempat mereka dulu suka bercanda.
---
Hari Pernikahan
Hari itu cerah, secerah senyum Wida di pelaminan. Joe datang, tapi hanya berdiri di luar gerbang. Dari jauh ia melihat Wida, mengenakan gaun putih dan senyum yang selalu ia rindukan.
“Selamat, Wid…” bisik Joe.
Air mata jatuh di pipinya. Tanpa ada yang tahu, ia membalikkan badan dan berjalan pergi.
Di tangannya, surat itu masih ada—tak pernah dibaca Wida. Dan mungkin, tak akan pernah.
---
Lanjut part berikutnya
Masih dalam satu kisah