Maafkan aku bila kau anggap aku menjauhi mu
Dan jangan pernah bertanya mengapa aku menjaga jarak dan diam..
Sebab sebenarnya aku pun tak menginginkan ini..
Jangan pernah mencemooh mengapa aku terus menghindar...
Sejatinya aku pun tak ingin menampilkan diri..
Aku sungguh terpaksa..
Aku pun sungguh terluka..
Namun aku tak pernah lupa untuk berdo’a..
Supaya mimpi hubungan ini menjadi nyata..
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Ada tangisan menyayat di atas senyuman ku kala kau hadir bawa undangab persandingan mu
Bagaikan sebilah pedang yang tajam dan terhujam di hati
Yang tak pernah dapat terlepas lagi
Hingga menusuk ke relung hati nurani
Dimana tempat namamu terbingkai
Ya, hanyalah serpihan rapuh yang dirasa hati ini
Teringat akan masa itu
Tak ada satu pun yang peduli
Sampai aku tak mampu satukan kepingan hati..
:::::::::::::;;;;;;;;;;;;:::::::::::::::;;;;;;;;;::::::::::
Tepat saat akan menginjakkan kaki di pinggir jln raya
Ada insan yang sedang merindu tampak menatap awan senja
Ia terlihat sangat tabah untuk menunggu isyarat yang entah
Namun ternyata itu salah …
Sebab, justru ia sedang tak sanggup untuk menahan rindu
Dengan begitu, aku senantiasa selalu mencurahkannya dalam aksara
Sedangkan untuk sementara pada keningnya
waktu membuatnya melukis kerut secara perlahan
Entahlah.. rumus apa yang bisa mempertemukan rasa rindu
Yang pasti kini aku blm tau d mana kamu
2005
:::::::::::::::;;;;;;;;;;;;;;;;:::::::::;;:;
Dikau tak akan bisa mengerti bagaimana kesepianku
menjalani hidup tanpa cinta
Dikau tak akan bisa mengerti dari rasa lukaku
Sebab cinta telah sembunyikan tajamnya
Ketika membayangkan wajahmu adalah siksa. Usaha melupakanmu hanyalah sia sia menambah perihnya
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan ku
Rindu ini telah menjadi racun bagi darahku.
Saat aku dalam pelukan kangen dan sepi
Diri ini ibarat
aku tungku tanpa api.