Minggu, 27 November 2022

se


Kau tak tau bagaimana rasa itu datang.
Tertiba tanpa permisi.

Selayaknya aku tak ingin jiwa yang kelam merasuk menusuki hati.

Membiarkan mulut terekat menahan kata yang terucap oleh ku nanti.

Aku terdesak oleh ribuan virus virus yang menggerogoti sungguh pedih.

Aku sendiri meratapi diri yang semakin lemah dengan pikiran ku yang tak henti,

Kurangkum segala pedih dalam sebuah rindu.

Membawa ku kedalam kehangatan waktu yang tak berujung,

Dirundung duka bersama pilu,

Merindu tak selayaknya aku mengarungi jarak yang tak tentu kita tahu.

Merindu dengan suapan pesan canda yang sering kali kita kirimkan.

Aku rindu dan kau sungguh mengetahui.
Bahwa tak ada rindu yang tak menyiksa kalbu.

Kau datang tanpa syarat tanpa jemu.
Membuat luka semakin menganga tanpa ragu,,

Dan aku adalah sesosok yang telah lampau gandrungi jiwanya.

Dengan kata manis dengan puji dan harapmu.

Lagi lagi aku mencintaimu dibalik bayangan mu,

Jangankan untuk membersamai di depan mata mu.

Jarak ini tak semudah itu untuk bisa ku rengkuh.
Dan lagi lagi hanya ada kata yang tak berucap,,

Di penahkan dalam sebuah tajuk kertas putih tak bertuan,

Di bisikan dalam sebuah doa di sepertiga malam.

Inikah yang dinamakan rindu dalam kesendirian,

Tak ingin termakan salah dan amarah,

Hanya bisa membisu karena bukan seharusnya di kata,

Sebentar memang ada hal hal yang seharusnya,
Tak di biarkan menjadi sakit yang amat dalam,,

Cukupkan mencintai dalam diam.
hanya bertahan memendam rasa dalam perih.

seharusnya aku tak membiarkan diri ku dalam kosongnya angan angan.

Cukupkan cerita tentang seduh,
Yang akan ku rangkum dalam sebuah rindu.

Yang ku tutup dalam pengakhiran doa tanpa jemu.

Yang entah apakah akan menjadi sebuah titik temu..

Namun sekarang tentang rindu ini.
Ada hal yang harus  menjadi catatan bagiku.

Sebaik baiknya rindu  adalah yang seharusnya terucap pada NYA tempat ku mengadu ialah allah swt..