Senin, 15 Juli 2024

hkki

Ku biarkan pikiranku mengembara apa maunya
Alam ini seribu makna
yang mencipta tunas-tunas hidup penggembara
sampai darah-darah menghias  lewat penanya
pesonanya takkan padam
mencipta bejibun syair malam

tak apalah bahasa alam sesekali memberi sebait guratan
saat kecipak jernih air  gerimis mengingatkan:
“wariskan mata air, bukan air mata”
aku bertanya:
“mengapa kerinduan selalu hadir di sini
di mana kutilang menyusun sarang, mengeram kepasrahan?


........:::::::::::::::;;,,,,


Terlalu besar ke egoisan ku

Terlalu melantur harapanku

Semua tak seperti yang diharapkan. 

Cinta hanya ada dalam mimpi, cinta hanya ada dalam hati, cinta hanya terungkap dari tulisan ini.”

Hari yang cerah ini ada cerita tentang dingin malam, tentang mata yang enggan berpejam, dan  bercampur doa-doa sisa air mata.”

“Ternyata aku masih terlalu dini untuk bisa mengucapkan kata  ijinkan aku mengagumi mu

aku masih terlalu songong untuk mengiringi langkahmu. Aku hanya sanggup mencoret lembar-lembar berikutnya, tuliskan tentang kisah ku padamu.”

“Hari yg telah berlalu atau lain waktu sama saja dengan hari ini. Duka dan suka menjadi seirama bait kata, matahari di luar, matahari dalam hati menyatu dalam kepiluan sukmaku.”

"Ada yang menalir di ujung kedua mataku, begitu goretan-goretan pena itu terselesaikan

Walau sedikit insiden

Ternyata kelopak mata ini tidak terlalu kuat sehingga jebol lagi, meski baru sedikit.”