Kamis, 21 September 2023
kata
Sebelum aku pergi dr ruang kelas itu.. aku tinggalkan secercah coretan di laci itu.
Minggu, 10 September 2023
nots
Dan Hari-hari joe di lalui dengan payah. Setiap langkahannya terasa berat. joe masih tidak dapat menerima hakikat cintanya itu telah pergi. Memang dia cinta,namun adakah wida merasai apa yang dirasainya? Apakah benar yang terucap di bibir temen temen selama ini ikhlas menasehati nya atau hanya mainan kata-kata. Hanya Tuhan saja yang tahu bisik joe dalam hatinya.. Aku sedih mengenangkan apa yang telah berlalu,
Apa yang bermain di benakku kini terjawab sudah. "Astagfirullahaladzim, Ya Allah Kau lindungilah hati hamba Mu ini, Kau lindungilah wida dengan pilihannya dan dari maksiat dan kejahatan syaitan agar mereka tidak silau di pentas kemaksiatan. bahagiakan dia
joe melalui harinya dengan tabah dan kuat. Harapannya masih tinggi, bukan harapan untuk bersama karna dia punya prinsip mencintai tidak harus di cintai. Cuma satu harapan yang berkaitan dengan wida yang menyebabkan joe masih bernyawa hari ini. Satu harapan yang kuat. Tidak pernah seharipun dalam hari-hari yang berlalu dia melupakan wida.karna dia cinta pertama dan istimewa. Pasti ada bayangan wida berlalu di benaknya. dan itu menyakitkan karena beban rasa yang tak bisa di ungkapkan. Betapa dia berdoa meminta Allah menjauhkan hatinya dari wida namun terasa makin dekat. Betapa dia berdoa agar dia dapat melupakan wida namun ingatan itu semakin utuh. Tuhan, singkirkan dia dari hidupku jika dia benar bukan milikku. Namun, sedikit pun rasa itu tidak berganjak dari jiwanya. Pedih.
Tuhan….
Terimakasih Engkau telah anugerahkan padaku perasaan ini terhadapnya
Walaupun tiada pernah Engkau bukakan pintu hatinya untuku
Aku sudah cukup bahagia untuk sekedar jadi pengagumnya
Kalaupun wida bukan jodohku di dunia ini
Hamba mohon empat puluh bidadari yang Engkau janjikan nanti di surga
Salah satunya adalah seperti dirinya
Sabtu, 09 September 2023
t
ketika aku pertama kali mengenal dia. Namanya wida seorang anak keturunan keluarga yang baik... Pertama kenal, ku pikir dia orangnya baik dan asyik. kita sering saling bercanda. Lama-kelamaan, karena seringnya kami bersama, akhirnya aku memiliki rasa lebih padanya. Saat itu, aku bahagia. Pertama kali aku merasakan jatuh cinta dan itu dengan dia, orang yang tidak pernah ku sangka akan masuk di dalam hidupku dan meninggalkan kenangan yang indah.
Tapi, itu dulu saat aku masih tidak terlalu mengerti tentang warna-warni dunia. Sekarang, satu tahun lebih setelah perpisahan sekolah itu, ternyata WIDA tidak ada di sampingku Atau di hadapku lago. paksaaan waktu untuk pergi setengah tahun yang lalu. Dan, ketika aku masih asyik menulis coretan"an tentangnya, air mataku menetes. Aku tak sadar lagi, mengingat betapa dulu aku selalu membanggakan sosoknya.
Jumat, 08 September 2023
sakdermo ndongeng fiktif
Ribuan bintang terpecik diwajah langit bulan september. sang raja malam berdiri kokoh, ia menunduk malu kala hembusan angin berhilir mudik ke arah utara.
Suara kendaraan mulai lenyap, nyanyian burung senja pun menyusul, sesekali terdengar cicitan unggas bersayap itu dari atas pohon sekedar rebutan tempat untuk terlelap, lalu senyap lagi.
Alam sudah terlewat kelam, entah sudah berapa kali kepalaku terarah pada jam dinding yang terpampang di atas pintu kamar, masih jam 02:16 Kuhela nafas pendek, waktu seakan berjalan jauh lebih lambat melawan detakan jantungku yang malah mempercepat. Kutengadahkan kepalaku menatap langit, sekelebat ada bayangan wajah yang tergambar di sana, aku terpejam. Kutatap langit sekali lagi, hanya bulan purnama yang tengah tersenyum getir ke arahku. Aku istighfar.
Taklama kemudian, seakan terdengar suara seseorang. Jon Pecundang!
Aku tertunduk, Aku tau aku hanya berhalusinasi. Tapi tiba-tiba, kata-kata temanku sekali lagi mengganggu pikiranku yang tadi sempat hilang. Kupejamkan mataku sekali lagi, berharap dapat melupakan semuanya. Tapi semua itu malah membias. seakan berontak di kepalaku, semakin keras berdenging. Suara gema yang hanya bisa kudengar sendiri.
Aku istighfar lagi. Tak sadar tanganku tergerak untuk mengusap dadaku yang terasa sesak. Aku terdiam, lama.
Mimpi!!”
kata-kata itu terngiang di kepalaku. Iya, harusnya aku berpikir dua kali untuk menyukai mu. harusnya aku sadar diri siapa dirini... terlalu angkuh dan congkak.. jika aku menyukaimu..
aku harus menjauh darimu. aku takut malah mengecewakan kepercayaan mu, malah menafikkan ketulusanku, malah menhancurkan perasaanku. Mimpi besar jika wida melakukan hal yang sebaliknya terhadapku.
ah... entah lah
Aku menatap garis-garis nasib di telapak tangan kiriku, tampak nyata di bawah sinar purnama bahwa ada guratan kepedihan di tangan itu. Aku rindu menjadi orang yang tidak tau tentang kehidupan remaja, yang dibuat rumit oleh cinta pertama. Aku rindu menjadi makhluk polos yang selalu diberi harapan kebaikan , bukan diberi harapan cinta yang akhirnya hanya hanya tertuang dlm cerita fana. Aku rindu masa itu, aku rindu Tuhan..
terakhir ku menatap dia d rumahnya. saat kecelakaan kerja..
Waktu terus berlalu begitu saja, tak kutanggapi makian itu, tak kuhiraukan desas desus orang lain yang tidak tahu menahu tentang kehidupan pribadiku. Mungkin mereka juga lelah menjinjing kebencian, hingga amarah itu teredam dengan sebuah penjelasan dan kata maaf. Tapi kata-kata yang masih mengganjal saat ini adalah kata-kata,
kamu pecundang jangan berharap"
Mimpi!
Kata-kata itu tidak mudah kulupakan begitu saja, mungkin begitu kejam hinaan itu bagi orang lain... namun tidak dengan diri ini. orang lain bisa saja begitu rendah cacian itu. Tapi aku tidak... sadar diri itu penting utuk mencintai seseorang. aku tak lelah menggenggam perasaan ini.. biarkan waktu yang akan menyampaikannya...
Aku tindih rasa ini dengan berbagai ketakutan yang kuciptakan sendiri, yang dalam kenyataannya mungkin tidak ada. Atau apa saja yang membuat rasa ini mati perlahan, dalam benak ini pernah berkesimpulan " pokoknya rasa ini harus pergi, agar aku tidak terusik oleh kekecewaan dan rasa kehilangan.
ku teringat bel tanda pulang berdering, di bawah langit mendung yang dingin, disaksikan gedung sekolah yang angkuh, seseorang melintas tepat di depan mataku. Udara bicara, gerimis menitis, tapi aku tak peduli, di kemuraman cakrawala yang terbuka. Aku terpaku sebentar menatap seseorang yang lebih tinggi dariku dengan rinci, matanya bergerak ke sudut, aku terhenyak. Ia berhenti melangkah, lalu tersenyum kecil ke arahku. Aku melongo, pasti ini imajinasi. Kenapa aku terus menerus berhalusinasi? Ini pasti karena jarak antara apa yang aku inginkan dengan realita sebenarnya saling bertolak belakang. Aku mendesah frustasi. Tapi tidak, ini nyata, dia tersenyum ke arahku, dan aku yakin ini bukan imajinasi. hadirmu selalu ku nanti.
Sebelum kubalas senyumannya, ia telah lebih dulu berlalu. Aku meremas ujung tali tas dengan gusar.
“gebetan lo tuh” ujar seseorang sambil menepuk pelan bahuku, aku tersentak, lalu menoleh. sulis tengah tersenyum lebar, namun kurasa terkesan sinis. Aku tersenyum miring.
“gue ngegebet Wida?” aku menaikan sebelah alis, lalu tertawa sumbang.
“Mimpi!!!!!!!!!!!!!” ucapku sambil menelan ludah pahit. Ada kepedihan yang tak bisa kugambarkan usai mengucapkan kalimat itu.
“kenapa Mimpi?”
“karena Wida gak akan pernah ada rasa sama aku” aku menghela nafas pendek, kuangkat bibirku untuk membentuk senyum, walau yang kubisa hanya tersenyum getir. Berusaha sok tegar? Iya, bisa apa selain itu.
Arini pernah bilang gini, si wida sudah punya yang lain., pas gue tanya siapa , dia langsung diem. udahlah kita kan udah lama kenal sama kamu, kita bersahabat sejak kelas 2, masa gara-gara hal sepele ini kita saling menjauh..?”
wiji mengerlingkan matanya, aku ternganga untuk beberapa saat.
“Wida suka sama kamu? Lelucon! Lo boong kan?” Kataku seolah mengintimidasinya, dia mengerutkan keningnya.
“lo gak percaya sama aku? aku pernah dengar kalo si wida pernah ngomong gitu, wis..., tanpa dikurang atau ditambah kata-katanya” Ucapan wiji bernada sedikit kesal.menghiburku
Tanpa kusadar, senyumku mengembang, bunga yang ada di dalam hatiku yang tadinya layu kini bermekaran, mataku pasti berbinar sekarang. subhanallah..! Ini seperti aku kembali lagi menggali harapan yang sudah terkubur jauh.
wiji menghadiahi satu pukulan kecil di bahuku.“mulai sekarang, jangan merendah lagi, ya? Jangan galau mulu!” aku nyengir.
“si wida pasti udah tau kan aku suka sama dia?” tanyaku ragu, wiji mengangguk mantap.
Kabar ini memberi harapan lebih untukku, tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku masih takut dengan berbagai macam hal. sulis dan arini pernah berucap sebaliknya. Aku takut jika aku lari terlalu jauh, hanya lelah yang aku dapatkan. Perjuangan yang Sia-sia, Pupus, Pengabaian, Kecewa, Kehilangan, Amarah, Dendam. Hah.. Aku muak dengan semua itu.
Embusan angin siang ini menampar wajahku kala itu, ia juga membuat puncak pohon dan daun-daun berkibar hebat hingga ada beberapa daun yang memilih menyerah untuk tetap tinggal di atas dahan. Daun itu turun perlahan-lahan, lalu terlontar jauh, jauh ke arah selatan.
“pulang gak?” ucapan seseorang membuyarkan lamunanku, aku menoleh, dan mendapati Arif tengah berdiri mematung sambil menunggu jawabanku. Aku langsung mengangguk.
“la yang lain mana?” tanyaku celingak-celinguk, berusaha mencari keberadaan sahabatku yang lain.
“udah balik, semua” jawab Arip apa adanya, aku mengangguk paham, lalu mulai melangkahkan kaki ke arah jalan. “aku tau kamu lagi mikirin soal wida tentang ucapan wiji, weslah..jangan di pikirin lah, positif thinking aja! Siapa tau wiji cuma salah denger” desis arif hati-hati, aku langsung mendongak. Tiba-tiba rasa sakit dengan buas menjalari ruang hatiku, kupegang dadaku yang terasa sesak. Detik berikutnya aku hanya mengangguk, tak ada yang bisa aku ucapkan saat ini.
Angin menhantam kulitku dengan kasar, lagi dan lagi. Menghela nafas panjang, kuarahkan pandangan ke utara jalan depan sekolah , rutinitas yang setiap hari aku lakukan selain di kelas.. untuk melihat wajah yang tak bisa berhenti aku pikirkan. wida ada! Dia berjalan di jalan menuju angkot. saat ini Jantungku berdegu
bersambung
kesel sik nulis
Kamis, 07 September 2023
n
cerita ini fiktif
kalau ada kesamaan nama dan kisah mohon maaf ya....
pagi ini.Matahari mulai merangkak naik. pertandingan akan segera di mulai.. Namun sorak-sorai penonton masih menggema di gor arena. Semua sibuk menyoraki dan mendukung kontingen / tim silat yang sedang bertanding. Aku berdiri menyandarkan badanku pada tiang penyangga di dekat pintu masuk gor arena. Mengingat soseorang yang selama ini mengusik jiwaku. Entah mengapa tiap kali aku melihatnya hatiku berdebar. Lututku bahkan terasa lemas saat dia berada di dekatku.
hari ini final... kejuaraan
Kulihat temen" bercengkrama dengan orang" yang mensuportnya.. meski hasilnya gak cukup bagus.
sembari setrecing dengan kaki pincang karna cidera di penyisihan. aku selalu terpikir oleh nya
dia yang sederhana Tapi aku tetap kagum dan memperhatikan setiap gerak-geriknya.meski aku baru mengenal nya. Mengapa sekarang aku merasakan perasaan seperti ini. Padahal belum tentu dia bisa menerima kehadiran saya. namun aku pernah berharap aku dapat suport dari nya.. layak nya temen" ku semua..
hahaha miski itu hanya hayalan semata..
waktu berlalu.. aktifitas di sekolah kembali.. melaju...
dan selalu aku meluangkan waktu untuk bisa ketemu.. walau dia tak menganggapku ada mungkin..
Lamban laun Teman-temanku mulai tau aku menyukainya. Mereka seringkali mengejekku ketika dia lewat. Aku pun sering mengikuti kemana pun dia pergi. Ketika dia ke kantin, ke perpustakaan, kemanapun aku selalu ingin berada di dekatnya. Aku juga sangat sering menatapnya dengan tatapan kagum. Mungkin karena sikapku inilah yang membuatnya takut tak nyaman. Aku jadi seperti seorang penguntit.
semoga dia tidak menjauhiku. Aku kan bukan virus yang menyebarkan penyakit. Aku hanya ingin dia melihatku dan menyadari keberadaanku. Apakah ini salah. Pikiranku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu kujawab.