Kamis, 21 September 2023

kata


“Sangat menyebalkan sekali mungkin baginya, kenapa aku selalu senyum padanya sedangkan dia tak mengenal ku. Aneh, memang aneh!” Batin ku. Aku selalu melontarkan pandangan untuknya setiap saat bertemu, memandanginya tanpa jenuh, mungkin membingungankan sekali kelakuan ku bagi nya.


Ya, aku dia adalah  anak kelas  2, barusaja pembagian kelas selepas upacara. Saat pertama mengenalnya Ya saat pembagian kelas itu. Aku memberanikan diri untuk. Sok akrab dengan nya. Dia sempat menertawakanku saat aku lontarkan candaan.. karena aku orangnya suka bercanda.  
1 bulan sudah kami kenal, walau tanpa perkenalan 😂😂😂 , hanya saja kita tau dr teman" yang memanggil. “WIDA.” teriak seseorang dari jendela. Kelas dan aku duduk di belakang meja nya,

Bulan telah berlalu. Perasaanku mulai tak karuan pada WIDA. Aku jadi salah tingkah karena aku selalu memperhatikan dia. Aku rasa aku mulai menyukainya. Sejak saat itu sikapku berubah, maklumlah lagi kasmaran namanya, tapi aku tak pernah menceritakan hal ini pada siapa pun bahwa aku menyukai WIDA. Aku rasa dia juga tak mengetahui perasaanku, aku tidak ingin ada seorang pun tahu tentang perasaanku apalagi WIDA. Aku bersikap padanya seolah-olah aku tak menyukainya, kita tetap bisa bercanda tanpa curiga apa apa.

4 bulan berlalu, aku mulai memperhatikannya sampai pada suatu hari aku tak melihatnya berada di bangkunya. Pada hari itu aku bertanya pada Arini sahabatnya. “WIDA nggak masuk kelas ya?” tanyaku. “WIDA terlambat mungkin.. maklum nyebrang laut dan nunggu angkut.”

Karena guru belum datang Aku pun pergi ke luar modus hanya ingin melihat wajahnya, . Saat aku mulai mau balik ke kelas, sekilas suara menyadarkanku. “ woy kalo dah masuk.. tinggal d kelas” aku terkejut sekali saat  aku tengok itu sapaan wida.

Tanpa kusadari sekarang waktu terus melaju. Aku sangat mengagumi wida, tapi aku tak pernah mengungkapkan itu pada siapapun, aku hanya menulisnya di kertas di saat malam ku merindui nya. Saat semua orang telah habis pulang sekolah biasanya saya melatih ekstrakulikule. Aku berjalan menuju kelas dan ku panga tempat duduk nya. kurasakan saat itu dia ada bersamaku. Aku duduk di bangkunya tanganku tepat mengenai lacinya. Kurasa tanganku sedang menyentuh tumpukkan kertas perlahan kubuka. Sangat menyentuh sekali semua itu curhatan wida tentang aku. 'itu hayalku.

Ku tersadar dr hayal setelah seorang memanggil...

Sebelum aku pergi dr ruang kelas itu.. aku tinggalkan secercah coretan di laci itu.
“pasir merindukan ombak, tanah merindukan air, angin merindukan hujan, dan aku merindukanmu.” entah sampai atau tidak aku tak perduli.
( ..... Cerita kls 2 di pending. Next klas 3 we Sik.)
Hari ini hari terakhir kami menjadi siswa di SMA Muh msr, hari terakhirku melihat wida. Selesai acara pengambilan STTB, kulihat wajah wida saat itu sangat bahagia, aku pun ikut bahagia. Dia lontarkan senyum paling manis untukku. Aku dapat merasakan bahwa itu adalah senyum perpisahan kami.

Selesai acara semua siswa pulang kecuali aku. Aku berjalan di sekolah sambil melihat-lihat suasana yang ada untuk terakhir kalinya aku melihat wida. Aku sempat singgah di kelas lagi kelas 3 ipa dan duduk di bangkunya.. “aku mengagumi tanpa kata, ku membisu saat ingin mengungkapkannya, hatiku membeku, napasku berhenti, kadang jantungku berdebar. Terima kasih atas perhatian kecilmu, aku tau kau juga memandangku dari sisi positif, ya aku tahu itu. Terima kasih atas segalanya. Aku menunggumu bidadari .” aku seakan  meneteskan air mata haru, “aku mencintaimu wida, meskipun tak sempatku ungkapkan.”

sedih sekali saat kulihat semua dalam keadaan sunyi sepi, namun berharap suatu saat kami dipertemukan kembali. Aku sangat bahagia bisa mengenalnya meskipun aku tak bisa memilikinya.

TAMAT.

Minggu, 10 September 2023

nots

Bel istirahat telah usai... joe berjalan menuju kelas.. sulis teman dekat joe sambil berjalan menepuk pundak joe.. " maaf jngan jadi sakit hatimu jon.. wida sudah punya cowok pilihannya, jangan terlalu banyak berharap"kata sulis lirih sambil berjalan menapaki tangga sekolah
mendengar kata itu... hati joe berdebar cepat.. kringat dingin berkucuran,sambil agak gemetar dan berusaha tenang joe jawab insyaalloh... maturnuwun infone"
setelah beberapa hari arini pun mengatakan hal serupa dengan sulis..
yah... seketika joe ber fikir dirinya harus sadar diri 
memang aku tak pantas dalam gumam joe
Dan Hari-hari joe di lalui dengan payah. Setiap langkahannya terasa berat. joe masih tidak dapat menerima hakikat cintanya itu telah pergi. Memang dia cinta,namun adakah wida merasai apa yang dirasainya? Apakah benar yang terucap di bibir temen temen selama ini ikhlas menasehati nya atau hanya mainan kata-kata. Hanya Tuhan saja yang tahu bisik joe dalam hatinya.. Aku sedih mengenangkan apa yang telah berlalu, 

Apa yang bermain di benakku kini terjawab sudah.  "Astagfirullahaladzim, Ya Allah Kau lindungilah hati hamba Mu ini, Kau lindungilah wida dengan pilihannya dan dari maksiat dan kejahatan syaitan agar mereka tidak silau di pentas kemaksiatan. bahagiakan dia

 joe  tertunduk dan menjauhkan penglihatannya karna joe tidak mau wida membencinya karena joe mengaguminya dan tak mau merusak hubungannya... joe selalu menjauh.. meski  joe sering mencuri pandang untuk nya.
joe  hanya komunikasi pada Pencipta agar mampu menenangkan hati joe. joe sendiri menguatkan hati dengan penuh penyerahan pada yang Maha Mengetahui, mengangkat kepalanya dan mengukir senyuman seperti tiada apa yang melukakan berlaku di hadapannya. Segalanya berjalan lancar, dia tidak mau teman-temannya mengesan luka yang terukir jauh di sudut hatinya.

joe melalui harinya dengan tabah dan kuat. Harapannya masih tinggi, bukan harapan untuk bersama karna dia punya prinsip mencintai tidak harus di cintai. Cuma satu harapan yang berkaitan dengan wida yang menyebabkan joe masih bernyawa hari ini. Satu harapan yang kuat. Tidak pernah seharipun dalam hari-hari yang berlalu dia melupakan wida.karna dia cinta pertama dan istimewa. Pasti ada bayangan wida berlalu di benaknya. dan itu menyakitkan karena beban rasa yang tak bisa di ungkapkan. Betapa dia berdoa meminta Allah menjauhkan hatinya dari wida namun terasa makin dekat. Betapa dia berdoa agar dia dapat melupakan wida namun ingatan itu semakin utuh. Tuhan, singkirkan dia dari hidupku jika dia benar bukan milikku. Namun, sedikit pun rasa itu tidak berganjak dari jiwanya. Pedih.

Arip, kepiye iki dah 6 bulan berlalu dia masih bertakhta di hatiku. Bukan juga aku selalu nampak dia, kadang-kadang nampak dia dengan adegan yang menyakitkan pula tu hati tapi rasa ni, rasa ni masih terlalu dalam untuk mengguminya. Aku coba untuk membenci tapi, tak dapat." keluh joe pada Arip. Tekanan perasaan di alaminya tidak mampu diselindungi lagi. "Sabarlah jho...., nanti pasti kau dapat lupakan dia juga, masih banyak yang lain ." Arip cuba menenangkan joe. "Tapi aku tak bisa.... Aku dah coba, aku takut, perasaan aku ini masih kuat untuk wida. aku g pingin orang lain merasakan  apa yang aku rasa, jikalau aku tak dapat lupakan wida dan jauhkan dia dari hati aku, " kata joe tidak ingin orang lain merasa sakit seperti apa yang dia rasai, lantas hidup sendiri adalah jawaban terbaik.

( qbersambung )
Buku harianku penuh dengan catatan tentang insan yang bernama wida. karena hanya itulah yang bisa aku lakukan agar aku tetap merasa dekat denganya dalam setiap tarikan nafas dalam do’aku, Aku hanya memohon kepada Tuhan suatu saat diberikan kesempatan untuk bisa masuk dalam kehidupanya, dan Aku sangat yakin jika Tuhanku adalah Maha pendengar do’a kalaupun toh tidak dikabulkan hari ini, mungkin besok atau lusa jika tidak, bisa jadi nanti di akhirat, sebait do’a yang selalu ku panjatkan…
Tuhan….
Terimakasih Engkau telah anugerahkan padaku perasaan ini terhadapnya
Walaupun tiada pernah Engkau bukakan pintu hatinya untuku
Aku sudah cukup bahagia untuk sekedar jadi pengagumnya
Kalaupun wida bukan jodohku di dunia ini
Hamba mohon empat puluh bidadari yang Engkau janjikan nanti di surga
Salah satunya adalah seperti dirinya

Sabtu, 09 September 2023

t

Sejatinya aku bukan penulis atau suka menulis...
namun keadaan yang memaksaku...Aku hanya ingin menulis. Entah kenapa, menurutku aku bisa menumpahkan segala kedukaanku atau kegundahanku... dengan tulisan. tidak setetes dirini memiliki darah sastrawan ataupun penulis.aku hanyalah remaja bodoh..aku, masih belasan tahun yang masih mencari jati diriku, mencari arti kebahagiaan sejati di dunia ini.

 ketika aku pertama kali mengenal dia. Namanya wida seorang anak keturunan keluarga yang baik...  Pertama kenal, ku pikir dia orangnya baik dan asyik. kita sering saling bercanda. Lama-kelamaan, karena seringnya kami bersama, akhirnya aku memiliki rasa lebih padanya. Saat itu, aku bahagia. Pertama kali aku merasakan jatuh cinta dan itu dengan dia, orang yang tidak pernah ku sangka akan masuk di dalam hidupku dan meninggalkan kenangan yang indah.

Tapi, itu dulu saat aku masih tidak terlalu mengerti tentang warna-warni dunia. Sekarang, satu tahun lebih setelah perpisahan sekolah itu, ternyata WIDA tidak ada di sampingku Atau di hadapku lago. paksaaan waktu untuk pergi setengah tahun yang lalu. Dan, ketika aku masih asyik menulis coretan"an  tentangnya, air mataku menetes. Aku tak sadar lagi, mengingat betapa dulu aku selalu membanggakan sosoknya.



Jumat, 08 September 2023

sakdermo ndongeng fiktif

Ribuan bintang terpecik diwajah langit bulan september. sang raja malam berdiri kokoh, ia menunduk malu kala hembusan angin berhilir mudik ke arah utara. 

Suara kendaraan mulai lenyap, nyanyian burung senja pun menyusul, sesekali terdengar cicitan unggas bersayap itu dari atas pohon sekedar rebutan tempat untuk terlelap, lalu senyap lagi.

Alam sudah terlewat kelam, entah sudah berapa kali kepalaku terarah pada jam dinding yang terpampang di atas pintu kamar, masih jam 02:16 Kuhela nafas pendek, waktu seakan berjalan jauh lebih lambat melawan detakan jantungku yang malah mempercepat. Kutengadahkan kepalaku menatap langit, sekelebat ada bayangan wajah yang tergambar di sana, aku terpejam. Kutatap langit sekali lagi, hanya bulan purnama yang tengah tersenyum getir ke arahku. Aku istighfar.

Taklama kemudian, seakan terdengar suara seseorang. Jon Pecundang! 

Aku tertunduk, Aku tau aku hanya berhalusinasi. Tapi tiba-tiba, kata-kata  temanku sekali lagi mengganggu pikiranku yang tadi sempat hilang. Kupejamkan mataku sekali lagi, berharap dapat melupakan semuanya. Tapi semua itu malah membias. seakan berontak di kepalaku, semakin keras berdenging. Suara gema yang hanya bisa kudengar sendiri.

Aku istighfar lagi. Tak sadar tanganku tergerak untuk mengusap dadaku yang terasa sesak. Aku terdiam, lama.

Mimpi!!”

 kata-kata itu terngiang di kepalaku. Iya, harusnya aku berpikir dua kali untuk menyukai mu. harusnya aku sadar diri siapa dirini... terlalu angkuh dan congkak.. jika aku menyukaimu..

aku harus menjauh darimu. aku takut malah mengecewakan kepercayaan mu, malah menafikkan ketulusanku, malah menhancurkan perasaanku. Mimpi besar jika wida melakukan hal yang sebaliknya terhadapku.

ah... entah lah

Aku menatap garis-garis nasib di telapak tangan kiriku, tampak nyata di bawah sinar purnama bahwa ada guratan kepedihan di tangan itu. Aku rindu menjadi orang yang tidak tau tentang kehidupan remaja, yang dibuat rumit oleh cinta pertama. Aku rindu menjadi makhluk polos yang selalu diberi harapan kebaikan , bukan diberi harapan cinta yang akhirnya hanya hanya tertuang dlm cerita fana. Aku rindu masa itu, aku rindu Tuhan..

terakhir ku menatap dia d rumahnya. saat kecelakaan kerja..

Waktu terus berlalu begitu saja, tak kutanggapi makian itu, tak kuhiraukan desas desus orang lain yang tidak tahu menahu tentang kehidupan pribadiku. Mungkin mereka juga lelah menjinjing kebencian, hingga amarah itu teredam dengan sebuah penjelasan dan kata maaf. Tapi kata-kata yang masih mengganjal saat ini adalah kata-kata, 

kamu pecundang jangan berharap"

 Mimpi!
Kata-kata itu tidak mudah kulupakan begitu saja, mungkin begitu kejam hinaan itu bagi orang lain... namun tidak dengan diri ini. orang lain bisa saja begitu rendah cacian itu. Tapi aku tidak... sadar diri itu penting utuk mencintai seseorang. aku tak lelah menggenggam perasaan ini.. biarkan waktu yang akan menyampaikannya...

Aku tindih rasa ini dengan berbagai ketakutan yang kuciptakan sendiri, yang dalam kenyataannya mungkin tidak ada. Atau apa saja yang membuat rasa ini mati perlahan, dalam benak ini pernah berkesimpulan " pokoknya  rasa ini harus pergi, agar aku tidak terusik oleh kekecewaan dan rasa kehilangan.

ku teringat bel tanda pulang berdering, di bawah langit mendung yang dingin, disaksikan gedung sekolah yang angkuh, seseorang melintas tepat di depan mataku. Udara bicara, gerimis menitis, tapi aku tak peduli, di kemuraman cakrawala yang terbuka. Aku terpaku sebentar menatap seseorang yang lebih tinggi dariku dengan rinci, matanya bergerak ke sudut, aku terhenyak. Ia berhenti melangkah, lalu tersenyum kecil ke arahku. Aku melongo, pasti ini imajinasi. Kenapa aku terus menerus berhalusinasi? Ini pasti karena jarak antara apa yang aku inginkan dengan realita sebenarnya saling bertolak belakang. Aku mendesah frustasi. Tapi tidak, ini nyata, dia tersenyum ke arahku, dan aku yakin ini bukan imajinasi. hadirmu selalu ku nanti.

Sebelum kubalas senyumannya, ia telah lebih dulu berlalu. Aku meremas ujung tali tas dengan gusar.


“gebetan lo tuh” ujar seseorang sambil menepuk pelan bahuku, aku tersentak, lalu menoleh. sulis tengah tersenyum lebar, namun kurasa terkesan sinis. Aku tersenyum miring.
“gue ngegebet Wida?” aku menaikan sebelah alis, lalu tertawa sumbang.

 “Mimpi!!!!!!!!!!!!!” ucapku sambil menelan ludah pahit. Ada kepedihan yang tak bisa kugambarkan usai mengucapkan kalimat itu.
“kenapa Mimpi?”
“karena Wida gak akan pernah ada rasa sama aku” aku menghela nafas pendek, kuangkat bibirku untuk membentuk senyum, walau yang kubisa hanya tersenyum getir. Berusaha sok tegar? Iya, bisa apa selain itu.

Arini pernah bilang gini, si wida sudah punya yang lain., pas gue tanya siapa , dia langsung diem. udahlah kita kan udah lama kenal sama kamu, kita bersahabat sejak kelas 2, masa gara-gara hal sepele ini kita saling menjauh..?” 

wiji mengerlingkan matanya, aku ternganga untuk beberapa saat.
“Wida suka sama kamu? Lelucon! Lo boong kan?” Kataku seolah mengintimidasinya, dia mengerutkan keningnya.
“lo gak percaya sama aku? aku pernah dengar kalo si wida pernah ngomong gitu, wis..., tanpa dikurang atau ditambah kata-katanya” Ucapan wiji  bernada sedikit kesal.menghiburku

 Tanpa kusadar, senyumku mengembang, bunga yang ada di dalam hatiku yang tadinya layu kini bermekaran, mataku pasti berbinar sekarang. subhanallah..! Ini seperti aku kembali lagi menggali harapan yang sudah terkubur jauh. 

wiji menghadiahi satu pukulan kecil di bahuku.“mulai sekarang, jangan merendah lagi, ya? Jangan galau mulu!” aku nyengir.

“si wida pasti udah tau kan aku suka sama dia?” tanyaku ragu, wiji mengangguk mantap. 

Kabar ini memberi harapan lebih untukku, tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku masih takut dengan berbagai macam hal. sulis dan arini pernah berucap sebaliknya. Aku takut jika aku lari terlalu jauh, hanya lelah yang aku dapatkan. Perjuangan yang Sia-sia, Pupus, Pengabaian, Kecewa, Kehilangan, Amarah, Dendam. Hah.. Aku muak dengan semua itu.

Embusan angin siang ini menampar wajahku kala itu, ia juga membuat puncak pohon dan daun-daun berkibar hebat hingga ada beberapa daun yang memilih menyerah untuk tetap tinggal di atas dahan. Daun itu turun perlahan-lahan, lalu terlontar jauh, jauh ke arah selatan.


“pulang gak?” ucapan seseorang membuyarkan lamunanku, aku menoleh, dan mendapati  Arif tengah berdiri mematung sambil menunggu jawabanku. Aku langsung mengangguk.
“la yang lain mana?” tanyaku celingak-celinguk, berusaha mencari keberadaan sahabatku yang lain.
“udah balik, semua” jawab Arip apa adanya, aku mengangguk paham, lalu mulai melangkahkan kaki ke arah jalan. “aku tau kamu lagi mikirin soal wida tentang ucapan wiji, weslah..jangan di pikirin lah, positif thinking aja! Siapa tau wiji cuma salah denger” desis arif hati-hati, aku langsung mendongak. Tiba-tiba rasa sakit dengan buas menjalari ruang hatiku, kupegang dadaku yang terasa sesak. Detik berikutnya aku hanya mengangguk, tak ada yang bisa aku ucapkan saat ini.

Angin menhantam kulitku dengan kasar, lagi dan lagi. Menghela nafas panjang, kuarahkan pandangan ke utara jalan depan sekolah , rutinitas yang setiap hari aku lakukan selain di kelas.. untuk melihat wajah yang tak bisa berhenti aku pikirkan. wida ada! Dia berjalan di jalan menuju angkot. saat ini Jantungku berdegu


bersambung

kesel sik nulis
















Kamis, 07 September 2023

n


cerita ini fiktif

kalau ada kesamaan nama dan kisah mohon maaf ya....


pagi ini.Matahari mulai merangkak naik. pertandingan akan segera di mulai.. Namun sorak-sorai penonton masih menggema di gor arena. Semua sibuk menyoraki dan mendukung kontingen / tim silat yang sedang bertanding. Aku berdiri menyandarkan badanku pada tiang penyangga di dekat pintu masuk gor arena. Mengingat soseorang yang selama ini mengusik jiwaku. Entah mengapa tiap kali aku melihatnya hatiku berdebar. Lututku bahkan terasa lemas saat dia berada di dekatku.

hari ini final... kejuaraan

Kulihat temen" bercengkrama dengan orang" yang mensuportnya.. meski hasilnya gak cukup bagus. 

sembari setrecing dengan kaki pincang karna cidera di penyisihan. aku selalu terpikir oleh nya

dia yang sederhana Tapi aku tetap kagum dan memperhatikan setiap gerak-geriknya.meski aku baru mengenal nya. Mengapa sekarang aku merasakan perasaan seperti ini. Padahal belum tentu dia bisa menerima kehadiran saya. namun aku pernah berharap aku dapat suport dari nya.. layak nya temen" ku semua..

hahaha miski itu hanya hayalan semata..

waktu berlalu.. aktifitas di sekolah kembali.. melaju...

dan selalu aku meluangkan waktu untuk bisa ketemu.. walau dia tak menganggapku ada mungkin..


Lamban laun Teman-temanku mulai tau aku menyukainya. Mereka seringkali mengejekku ketika dia lewat. Aku pun sering mengikuti kemana pun dia pergi. Ketika dia ke kantin, ke perpustakaan, kemanapun aku selalu ingin berada di dekatnya. Aku juga sangat sering menatapnya dengan tatapan kagum. Mungkin karena sikapku inilah yang membuatnya takut tak nyaman. Aku jadi seperti seorang penguntit.
semoga dia tidak  menjauhiku. Aku kan bukan virus yang menyebarkan penyakit. Aku hanya ingin dia melihatku dan menyadari keberadaanku. Apakah ini salah. Pikiranku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu kujawab.