Aku termangu dalam serpih-serpih hari yang tak pasti
Duka ini dari siapa?
Kesepian ini datang dari mana?
Perih ini … siapa penyebabnya?
Saat ku tatap semesta raya
Hanya ada nestapa di sana
Lalu sang rinai jatuh mebajiri wajah yg nestapa
Menciptakan detak yang menyesakkan dada
Kenapa semuanya jadi semenyakitkan ini?
Kemana perginya dia, sang penawar lara di dada?
aku merindui nya...
Segala tentangnya aku tak tau lg kabarnya
Kalau cinta adalah segalanya
Kenapa segalanya tidak bisa menjadi cinta?
Kalau aku tidak bisa menepati janji hati
Kenapa aku justru membuat janji yang hanya akan semakin membuatku jatuh dalam kubangan duka?
Janji hati untuk dapat menjemput mu
meski aku tak tau dalam pelukan siapa hatimu kini
Tuhan,
Siapa yang salah dalam kisah ini?
Aku yang terlalu bodoh
Atau dia yang terlalu sempurna hingga tak pantas untuk saya
Maafkan aku tuhan bila hati dan raga ini terlalu egois...
Menafikkan rasa cinta
hanya memendam saja
Merenda serat-serat hidup yang suram
Tertuang pada gelapnya suasana malam
Inilah duniaku
akar dari lelakon kejam
Kupandangi tasbih; ku mainkan sejenak
Barangkali, tasbih itu enggan beranak-pinak
Lalu aku tersenyum sembari memutar otak
Kembali melafadzkan doa yang terdengar serak
Tak terasa, air mata ikut melafadzkan doa
Melandai dan menginjak helaian mukena
Lalu, malam ikut berkata sedemikian rupa:
“duniamu terlalu sengsara, bagimu anak muda
Mencintai permaisuri yang ia tak pernah mengerti
