“Hujan
Perpisan mu seakan merenggut isi hatiku
Dari kuntum rindu hingga benci terlekatkan menjadi satu
Waktu dengan tenang nya membuang ku ke hamparan biru
Ya, sebuah tempat yang tak mungkin aku tuju untuk menemui mu
Bila saja mungkin
Atau andai saja mampu
Ku ingin kembali ke masa kita dulu
Dan mengubah takdir hingga tak mengenal kamu
Daripada berhayal harus cumbu mesra tanpa miliki ragamu
Aku bisa apa?
Sejuta sesal ku tak akan membuatmu hadir di hadapku
Hujan....,
Di malam kesendiriku
semakin pekat saja hari ini
Aku cuma bisa bermimpi bersamamu
Bersama memandangi hujan
semakin erat kupegang tangan bila hujan tiba
Sendiriku di antara rindu dan benci, mengambang tenang di antara keduanya
Begitu tenang, hingga tulisan ini tak bermakna
Hujan saat ini
menetes dari pipiku
mengalir di pelupuk sunyi
membasahi detak waktu
Syair perih
Terangkai saat ini
di hujan yang sunyi
Bersama
air matanya sendiri
Barangkali mataku dan mata hujan
adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan
serupa api kepada abu
seperti aku kepada kamu.
Tp sayang kamu g begitu