Andai saja takut adalah wujud rasa
seharusnya aku bisa mencoba menikmatinya
Biarlah ketakutan ini membuatku merasa sakit
membuatku sadar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya aku.
Biarlah pagi ini takut menemaniku.”
Harus jadi apa aku ini supaya dekat denganmu?
Jadi angin?
Percuma, tak bisa kamu lihat.
Jadi air?
Percuma, tak bisa kamu genggam. Menjadi sosok nyata cukup membatasiku untuk mencintaimu.
Dan kini aku hanya bisa diam ditemani rindu yang murung di relung hati. Menumpahkannya lewat syair untukmu.
Aku masih di sini, merawat rindu di tepi sunyi
Selalu setia menemani, suka duka cinta ikhlas kujalani.
Rasa ini, mengurat nadi menyanubari. Kau selalu indah di hati, rindu temani sepiku.
Hati ini bergetar kala sepasang manik mata indah itu menatapku. Pandanganku terhalang keindahannya.
Sekujur tubuh lemas seketika dan mulai tersadar. Kini kau milik orang lain.
Apa daya diri ini? Bukan siapa-siapa yang mencintaimu tanpa mengharap balasmu
Segala ruang pada akhirnya akan menemui sunyi dan kekosongannya sendiri. Begitu pun tempat yang kau namai hati
Selamat tinggal insan yang kukagumi.
Aku akan berlayar di atas aliran air mataku.
Semoga kau bahagia, begitu pula denganku
Ketika itu dirimu di sana. Tak dapat kuraih dengan tanganku.
Namun, bayangmu yang hadir dalam khayalan selalu dapat kusentuh dengan ingatanku."
Takdir tak bisa seperti yang diharapkan.
Cinta hanya ada dalam mimpi, cinta hanya ada dalam hati, cinta hanya terungkap dari tulisan ini.
Terimakasih